Senin, 31 Januari 2011

A part of my heart is gone...

SURABAYA...
ya, itu hanya sebuah nama kota di pulau jawa, besar dan cukup padat dengan penduduknya.
Tapi bagi saya SURABAYA adalah kota yang penuh dengan kenangan manis walau hanya dapat dinikmati selama 3 tahun di bangku SMA..
Sebenarnya bukan kotanya yang saya rindukan,, tapi pertemanan, suasana damai yang telah menjadi bagian hidup saya-yang hanya bisa saya dapatkan di sana..Dan kini semua telah menghilang.!
Terlalu melankolis?Alay? ya..mungkin tanggapan orang banyak,,,
Tapi, terlalu naif rasanya,,atau bahkan terlalu bodoh untuk tidak mengakui BAHWA SAYA RINDU dengan semua yang ada di sana..
Saya di Palu,, merasa sendiri di tengah ramainya kota palu..SEPI di tengah banyaknya teman, "terintimidasi", dan hal lainnya yang terlalu meyedihkan saya rasa...
==Tidak selamanya dekat bersama orang tua, berarti ada ketentraman, terkadang kita membutuhkan teman-sahabat-saudara yang dapat berbagi dengan kita,,,

Setiap malam, saya hanya bisa menangis seperti anak kecil yang kehilangan ibunya,,hingga akhirnya tertidur sampai pagi. 
Seperti orang bodoh yang memikirkan pintu ajaib Doraemon, atau kaca pembesar dalam film LUP..
Yaaa...6 bulan yang berdiri dengan banyak kesedihan,,saya rasa..

Saya selalu percaya bahwa setiap jalan dan pilihan,,punya KEJUTANnya sendiri,,,
Bahkan terlalu percaya bahwa TUHAN selalu punya rencana yang indah buat saya..
Tapi kapan hal2 indah dan kejutan menarik itu datang??
Entahlaah..
Hanya belajar mensyukuri dan menikmati keadaan-->tiada jalan lain..
Mem0ries of S city...
Terlalu sulit utk d lupakan,terlalu menyiksa untuk d kenang...
Menc0ba tegar,tapi terlalu rapuh...
 

Sabtu, 13 November 2010

Ayo, pilih yang mana???

Photography by : GLADYS HARYANTO
Traffic Light At RADEN SALEH street, Palu-Sulawesi Tengah



Senin, 01 November 2010

SAYA DAN KEDOKTERAN

Ehhhhhhmmm,,,,sharing sedikit nih suksesnya msuk di kedokkk..hahah
Sebenarnya masuk di kedokteran bukan cita2 saya, tapi entah mengapa TUHAN menempatkan saya di kedokteran.hahahah
sejak kecil saya bercita-cita menjadi arsitek(biasanya anak kecil maunya jadi dokter,,hahahah). Tapi ketika SMA dan mengambil jurusan di kuliah, papa saya mengusulkan untuk ambil Kedokteran. (Papa saya dulu ingin sekolah dokter, tapi berhubung gak punya duit,,,ya akhirnya cita-cita dilampiaskan ke anaknya).
Sebenarnya, kaka saya lah yang dituntut untuk mengambil kedokteran (secara, banyak orang yang bilang ia lebih pintar dari saya...TT,,hikz...tapi berhubung dia mengambil jurusan ips saat sma. Jadi saya yang jadi "korban")...
Menjadi dokter merupakan cita2 banyak orang. Saya sih biasa2 saja menerima tawaran bapak saja, yaaaaaa itung2 bakti kepada ortu laaaaahh, lagian katanya arsitek kurang lowongan kerjanya.
Tapi sebenarnya pergumulan yang berat juga buat masuk di kedokteran, mulai dari meninggalkan kota Surabaya, saya juga kurang baik dalam mengingat pelajaran. Tapi itulah rencana Tuhan, setiap tes di arsitek pasti tidak pernah gol (doa dan restu orang tua besar kuasanya)....hahahahaha...
dan saya rasa, Tuhan telah menyiapkan segala sesuatunya untuk saya kuliah di kedokteran. Mulai dari uang tabungan papa saya yang sudah siap, apalagi yaa...banyak lah hal2 kecil yang bisa saya syukuri dan sangat waaaaaahhhh jika dipikir pake logika...
Dokter! Itu profesi saya lima tahun  mendatang...Tapi dokter yang seperti apa???SAYA MAU JADI DOKTER YANG MELAYANI SIAPAPUN TANPA MEMANDANG DERAJAT!

hanya dengan doa dari orang tua, tekad dan usah yang keras, doa pribadi yang tidak pernah putus dan dukungan semua orang,,,yang dapat membuat saya sukses...
b"d
semoga cita2 saya dapat terwujud.....amiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn

Kamis, 21 Oktober 2010

Menolong dengan TULUS

Disebut BAIK oleh orang lain sangatlah mudah, cukup dengan menolong orang secara terus-menerus, semua orang akan mengatakan kita BAIK. Sebenernya bukan itu saja yang di penuhi, yang terpenting adalah menolong dengan tulus.
Sangat sulit membantu orang dengan ketulusan hati, apalagi menolong mereka yang sebenarnya bukan siapa2 kita (sahabat bukan, teman pun tak akrab, wkwkwk). Yaaa...itulah yang saya rasakan..hehehe
 =Sedikit saya ceritakan kehidupan saya sehari-hari, sampai akhirnya saya men-share artikel ini.
Setiap hari saya ke kampus, saya selalu menjemput seorang teman saya yang juga turut ke kampus dan rumahnya searah dengan saya. Awalnya saya senang dapat membantu teman saya, tapi lama-kelamaan jadi jengkel juga. Awal kejengkelannya berawal ketika dia TIDAK SIAP DI TEMPAT saat saya datang menjemput. Rasanya, grrrrrrrrrr,,,,ingin marah (saya bukan orang yang senang menunggu, apalagi bukan saya membutuhkan! hahahahah). satu-dua kali dapat maklum lahh, tapi kalo terus-terusan jadi tambah dongkol juga. Akhirnya pikiran "iblis" saya keluar : "ah, sebenarnya keuntungan apa yang saya dapat dari menolong ini orang? dia kan bukan siapa-siapa, di kelas pun bukan orang yang tenar, bensin jaga tidak diganti, apalagi saya harus bertanggung jawab "menjaga" nyawanya tiap hari, plus membuat bagian tempat duduk di motor jadi tambah sempit."
Pikiran-pikiran ini selalu bermunculan kalau saya lagi jengkel menunggunya..
Alasan saya menolong dia, karena merasa iba, tidak tega melihat dia yang tiap hari naik AngKot (Kakak saya tiap hari naik ANgKot tiap ke kampus, dan rasanya sangat tidak enak), ada rasa kasihan sebenarnya. Saya sangat berharap, ada juga orang yang mau antar-jemput kakak saya,,hikz,TT
Alasan yang ke dua, saya teringat janji saya kepada TUHAN, saya ingin melayani Dia dengan melakukan antar-jemput orang yang tak punya kendaraan (waktu di Surabaya, saya selalu jalan kaki ke mana pun saya pergi, atau naik AngKot. Rasanya tidak enak berjalan sendiri di Bawah matahari. Makanya, saat itu saya berdoa kepada TUHAN agar diberikan motor dan berjanji menolong orang lain, TUHAN sudah menepatinya, saya pun harus menepatinya.)=

Di bilang orang baik di kelas, sangat gampang. Tapi, jauh di lubuk hati saya yang terdalam, saya mau membantu orang dengan tulus. Bukan baik di mata manusia, tapi baik di mata TUHAN. Itu yang saya mau.
Bicara tentang TULUS, saya selalu teringat khotbah di gereja, yang mengatakan bahwa kita harus membantu dengan tulus, kalau tidak pertolongan kita tidak akan jadi berkat malah jadi kutuk. Dan kenyataannya memang benar. Saya sudah mengalaminya, sedikit sharing lagi.
=Saat itu, pulang kampus dengan perasaan emosi mengingat kejadian-kejadian menunggu, saya mengendarai motor saya dengan laju dan tidak fokus di jalan raya. Akhirnya, saat melewati rumah teman saya, saya tidak berhenti tapi terus melaju tanpa sadar. Teman saya berteriak: "hey, sudah lewat!". Spontan saya kaget dan memberhentikan motor saya dan persis ketika saya berhenti, motor saya ditabrak dari belakang. Siiiiiiiiiip...penutup knalpot saya pecah!=
Setibanya saya di kost-kostan, saya berpikir, seandainya saya tidak emosi mungkin tidak begini jadinya.

Yaaa...itulah sedikit pengalaman dan cerita yang bisa saya bagikaaaan...SEMOGA BISA JADI BERKAT...

Saat ini saya lebih mengontrol emosi dan melatih kesabaran dari waktu-waktu menunggu teman saya. TIDAK ENAK tapi itulah proses. Trims buat teman saya yang telah "melatih" kesabaran saya..KEEP SMILE..b"d
God Bless YOu

Jumat, 01 Oktober 2010

BORA-fenomena alam..

Minggu, 26 september 2010...
saya pikir akan menjadi hari yang membosankan. Ternyata keluarga saya mengajak saya k BORA di daerah Biromaru.
heheheheh,,
Berhubung saya tidak dapat bercerit panjang lebar, saya langsung ke inti nya saja.
Bora adalah suatu kawasan di mana terdapat sebuah kawah air panas alami, berbau belerang, tanahnya sangat lembek, dan bersuhu 50-70 derajat celcius...Sehingga kawah yang cukup besar tidak dapat di gunakan untuk berenang.
Namun, masyarakat di daerah tersebut menyalurkan air tersebut lewat ke dalam sebuah bak, yang di gunakan untuk mandi. Di kawasan tersebut tersedia kolam-kolam yang masih kosong.
Pemandangan di sana belum terlalu indah, namun masih dalam proses untuk dijadikan tempat wisata.
Menurut masyarakat di sana, setelah melahirkan, sangat baik untuk berendam di air panas tersebut.
Kawah tersebut terbentuk karena di dalam tanah terdapat bibit gunung berapi.
Tak lupa, saya merebus dua butir telur, dan hasilnya telur tersebut menjadi mataaaaaaaaaang dan sangat sedap untuk di makan.
N.B : belum dapat melampirkan foto karena ada masalah jaringan telepon genggam,,b"d

Kamis, 23 September 2010

Sahabat...

Sahabat,,,sebuah kata yang sangat menyejukkan hati bagi siapapun..
Siapapun dia, pasti menginginkan PERSAHABATAN SEJATI, bahkan bagi mereka yang berHATI BATU sekalipun.
Persahabatan,sebuah proses,bukan sesuatu yang instan. Memang bukanlah hal yang mudah, perbedaan karakter, keinginan yang berbeda, dan hal lainnya terkadang jadi penghalang.
Namun, yang namanya sahabat sejati, tidak memandang perbedaan sebagai penghalang, tapi justru menjadi pemersatu yang kuat.!
Permasalahan yang terjadi pada umumnya adalah rasa tidak mau menerima orang lain, ataupun rasa minder dan persepsi buruk yang muncul dari diri sendiri.
Sebenarnya sangat ironis jika melihat keadaan dimana masih banyak terjadi penolakan di sana-sini, SANGAT IRONIS buat mereka yang tidak dapat menyikapi perbedaan yang ada!
Kalau rasa minder dari diri sendiri,,,yaaaaaaaa....itu mungkin hanya persepsi nya saja yang harus diubah,hahahaha,,
Intinya,, ada dua hal yang dapat saya tuliskan di sini:
1. Bertemanlah dengan siapa saja APA ADANYA, bukan dengan ADA APANYA!!!
2. Jadilah sahabat, jangan cari sahabat.
b"d
Ow ya,,jauhi pergaulan yang buruk,,,hahahahaha,,
PeDe aja lagiiiiiiiiii,,BE YOUR SELF!!!
Tetap tulus menjalani proses pertemanan, pahami saja baik buruknya seseorang...b"d

Selasa, 21 September 2010

Kisah Pasir & Pahatan Batu

Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka, kini tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang, hanya ada horison pasir yang terbentang. Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang tak putus. Susunannya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung di setiap langkah yang mereka lalui. Sesekali debu-debu pasir menerpa tubuh, dan membuat mereka berjalan merunduk, agar terhindar dari badai kecil itu.

Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat ujung-ujung pakaian mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh mereka ke arah belakang. Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapat bertahan dari badai itu. Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minum mereka terbuka, dan terbawa angin yang kuat tadi. ‘Ah… kita akan mati kehausan disini, ‘ujar seorang pengembara.

Lelah bertahan seusai badai, keduanya duduk tercenung, menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis sesuatu di atas pasir dengan ujung jarinya. ‘Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini.’ Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap membereskan perlengkapannya. Badai sudah benar-benar usai, dan keduanya pun melanjutkan perjalanan.

Setelah lama menyusuri padang, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan. ‘Kita selamat, seru seorang pengembara, ‘lihat, ada air disana.’ Mereka setengah berlari ke arah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana. Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya, dan mengambil sisanya untuk bekal perjalanan. Sambil beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. ‘Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.’

Merasa bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya. ‘Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas pasir saat kita kehilangan bekal minum?’ Tersenyum mendengar pertanyaan itu, sang sahabat mulai menjawab. ‘Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu dalam pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus.’ ‘Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemuliaan itu dalam batu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan.’

Keduanya kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan mereka pun kembali meneruskan perjalanan mereka.